Dahulu menurut sejarah para tetua-tetua desa, bahwa darul aman belum ada, yang ada hanyalah desa cot trueng. Selanjutnya para tetua terdahulu melihat bahwa satu desa cot trueng terlalu besar, seluruh masyarakat terdahu sangat jauh menuju meunasah( balai pertemuan ). Dengan kondisi masyarakat waktu itu sangat memprihatinkan, maka diambila sikap oleh tetua desa terdahulu membagi desa menjadi dua, yaitu desa cot trueng, dan bluka jagong.